Asal-Usul Istilah Dayak

dayak

keterangan : tulisan ini pernah di muat di harian Sinar Kalimantan, terbitan hari jumat 27 maret 2009 dalam rubrik opini.

Selama ini kita mengenal bahwa penduduk asli pulau Kalimantan adalah suku Dayak. Namun kebanyakan dari kita kurang mengetahui sejak kapan istilah Dayak mulai dipopulerkan oleh para penulis dari Barat.Mengenai istilah Dayak para penulis Barat masih menganggap istilah tersebut sebagau sebuah hipotesis, sehingga sebenarnya masih kabur. Penduduk asli pulau Kalimantan sendiri tidak menggunakan istilah tersebut.

Adapun beberapa hipotesa tentang istilah Dayak yang dikemukakan oleh penulis Barat adalah sebagai berikut :

a. Tahun 1757 J. A van Hohendorff pertama kali menggunakan istilah “orang-orang Dayak” untuk “orang-orang pegunungan liar” di dalam bukunya yang berjudul “Radicale Beschrijving van Banjermassing”

b. J. A Crawfurd menyatakan bahwa “Dyak” digunakan oleh orang-orang Melayu untuk menunjukan “ras liar” yang tinggal di Sumatra, Sulawesi dan terutama di Kalimantan. Hal ini ditulis di dalam bukunya yang berjudul “A Descriptive Dictionary of The Indian Islands and Adjacent Cauntries”.

c. P. J Veth mengungkapkan bahwa istilah Dayak adalah suatu nama kolektif untuk penduduk non-Islam di Kalimantan. Tetapi ia tidak berhasil menemukan kelompok khusus yang menggunakan nama “Dayak” itu. Ia menjelaskan bahwa nama Dayak selalu digunakan sebagai prefik bagi kelompok pribumi tertentu seperti : Dayak Pari, Dayak Riboen, Dayak Kantouw”. Hal ini ditulisnya di dalam bukunya yang berjudul “De Oorsprong van De Naam Dajak”.

d. M. T. H Perelaer menulis di dalam bukunya “Borneo van Zuid Naar Nord dan Ethnographische Beschrijving Der Dajaks, menyatakan bahwa tidak ada dimanapun di Kalimantan kata Dayak itu kecuali di daerah-daerah yang mempunyai kontak langsung dengan orang-orang Eropa. Ia juga menjelaskan bahwa kata Dajak (Dayak) adalah singkatan dari Dadajak (Dadayak) yang artinya “berjalan limbung”. Jadi nama Dayak adalah suatu istilah merendahkan dan dipopulerkan oleh orang-orang Eropa sendiri.

e. H. Scharer menyatakan istilah Dayak itu dari bahasa Melayu yang artinya penduduk asli, orang-orang Melayu pantai menggunakan istilah itu untuk menunjukan penduduk asli dari Kalimantan sebagai “backwoodsman”. Kini digunakan sebagai istilah kolektif untuk penduduk asli yang beragama Kristen dan Kaharingan dari Kalimantan. Hal ini ditulisnya di dalam buku “Ngaju Religion”.

Oleh karena kata Dayak mempunyai konotasi merendahkan, orang-orang Dayak berusaha untuk menghindarinya. Tetapi sekarang mereka telah menerima kata tersebut untuk menunjukan identititas kultural dan sosio-politik mereka. Tetapi mereka lebih menyukai menulis Daya dengan menghilangkan fonem “K”. Hal ini ditulis oleh Michail Coomas didalam bukunya “Manusia Daya, Dahulu. Sekarang dan Masa Depan.”

Tulisan diatas saya kutip dari buku karangan Helius Sjamsuddin yang berjudul “Pegustian dan Temenggung Akar Sosial, Politik, Ethnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906” terbitan Balai Pustaka tahun 2001. Tulisan ini dimaksudkan untuk menerangkan dan memberi informasi kepada para pembaca tentang penggunaan istilah Dayak oleh penulis-penulis Barat tanpa maksud menyudutkan suatu kelompok atau golongan, dengan harapan kita lebih menghargai penduduk asli dan dapat hidup berdampingan dengan damai.

4 respons untuk ‘Asal-Usul Istilah Dayak

  1. Tony Kusmiran berkata:

    Pada dasarnya memang Dayak bukanlah nama endemik bagi orang Dayak itu sendiri. Kata “Dayak” dibuat oleh para penulis jaman dahulu untuk membedakan manusia yang mendiami pulau Kalimantan khususnya bagi manusia pedalaman.

    Mungkin yang paling tepat adalah istilah Darat. Orang dayak juga sering disebut sebagai orang darat karena berdiam dan bermukim di daratan bukan ditepian sungai atau tepi laut.

    Sebenarnya tidak ada perbedaan fisik antara orang Darat dengan orang Laut di Kalimantan. Keduanya sama ras dan warna kulit bahkan memiliki kedekatan bahasa yang juga mirip.

    Orang Dayak telah memiliki nama sendiri di dalam sub sukunya berdasarkan sejarah hidupnya. Misalnya Dayak Kayaan Mendalam berasal dari Sungai Mendalam. Dayak Ketungau berasal dari sungai Ketungau dan sebagainya.

    Karena Belanda sudah menyatukan semua orang pedalaman dari berbagai sub sukunya maka sejak saat itu semua orang pedalaman atau orang darat lebih sepakat disebut dayak yang kemudian ditulis oleh penulis-penulis barat.

    Kata Dayak sendiri pun tidak jelas timbulnya dari siapa termasuk penulis asing dari Belanda. Ia menulis dan menyebut kata Dayak pun tentu didasari oleh suatu inspirasi entah karena salah dengar saat itu atau merujuk kepada suatu hal tertentu yang ada pada komunitas Dayak saat itu.

    Bisa jadi karena perbedaan bahasa yang tajam antara Belanda dan Dayak barangkali penulis asing tersebut juga bisa salah dengar ketika hendak menulis kata “Darat” yang terdengar seperti “Dayak”.

    Hal ini sangat logis sebab penuturan bahasa Dayak huruf “R” disebutkan menggantung alias tidak begitu jelas, seperti contoh penulisan kata “Darat” dibaca “Daeyat”.

    Perbedaan bahasa dan pendengaran antara Belanda dan Dayak saat itu memungkinkan terjadinya salah tafsir dan salah pendengaran sehingga tertulis seperti yang kita kenal sekarang yakni “Dayak”.

    Perkataan “Darat” memang sejak dulu disebutkan oleh kaum orang Laut (Melayu Kalimantan Barat saat ini) kepada orang pedalaman yang non muslim.Demikian pula orang Darat menyebut orang yang berdiam di tepian pantai dengan sebutan “Laut” yang artinya orang Pantai. Sebutan inipun sampai sekarang masih melekat.

    Jadi perkataan “Dayak” itu timbul karena persoalan bahasa antara kedua ras yakni ras Anglo saxson dan Ras Mongoloid Polinesia.

    Jangankan pada jaman itu, jaman sekarangpun masih banyak penulis-penulis yang salah menuliskan nama atau suatu tempat dalam bahasa tempatan. Terkadang mereka menulis seenaknya saja menggunakan tutur dan penggunaan bahasanya sendiri, sebagai contoh. “Pahuman” sebuah daerah di Kecamatan Sangah Tumila Kabupaten Landak seharusnya ditulis “Pahauman”. namun penulis saat itu menuliskan dengan sangat sederhana yakni “Pahuman”.

    Sama juga dengan “Senakin” yang seharusnya dituis “Sinakitn”. Nah ini dijaman sekarang lho apalagi dulu dijaman Belanda. Untuk memperbaiki pun sudah tidak ada waktu dan kesempatan sehingga yang tertulis salah ya tetap terpakai sampai sekarang. Maklum lah jaman itukan belum ada HP jadi setelah penelitian dilakukan di dalam rimba belantara ya siapa lagi yang mau kesana memperbaiki dan mencari tahu tentang perkataan tadi.

    Namanya juga manusia sifat malas itu ada sekalipun dia orang barat. sudah jauh-jauh ke rimba Kalimantan eh salah tulis lagi, kan capek mau pergi lagi hanya untuk memperbaiki satu kata tadi “Darat” menjadi “Daeyat” lalu kemudian menjadi “Dayak”.

    demikian pemikiran saya ini sebab saya juga orang Dayak yang sudah setuju dengan nama persatuan itu tadi yakni “Dayak” sekalipun itu hasil dari kerjanya Mr. Van-Van di Belanda sana yang bisa saja asal jadi.

    Saya rasa ini cukup sebagai pengetahuan saja karena toh seluruh orang Dayak di Kalimantan sudah tidak ingin mengganti nama Dayak menjadi Darat atau Dyak atau Suku terasing atau apalah lagi yang lainnya. Mereka sudah sepakat dengan nama “DAYAK”.

  2. alamnirvana berkata:

    Kemungkinan dayak berasal dari bahasa Jawa yang berkonotasi tingkah laku yang tidak beradab, mungkin sudah ada di kitab Jawa Kuno, seperti Serat Maha Parwa. Kemungkinan Pulau Kalimantan dianggap sebagai negeri kediaman Rahwana.

    Dapatkah istilah Dayak diganti?

    Dalam Hikayat Banjar tidak ada istilah dayak.

    Yang dipakai istilah orang Biaju atau negeri Biaju/Tanah Biaju :

    * Biaju Kecil = sungai Kapuas Murung = Kabupaten Kapuas
    * Biaju Besar = sungai Kahayan = Kabupaten Pulang Pisau

    Belanda mengganti istilah Tanah Biaju menjadi afdeeling Tanah Dayak

  3. Ahmadn berkata:

    Bagus…….tulisan yang sangat bagus…..terus update ya.. blog nya….and slamat bertugas, sebagai abdi negara…abdi masyarakat……dapatkan RIDHO-Nya

  4. kidungjingga berkata:

    ok… Daya… right? mereka lebih suka dengan peng-istilahan itu.. hmmm… baru tahu..
    info yang bagus..

Tinggalkan komentar